WORKSHOP
TIK di Pondok Pesantren Hudatul Muna Dua yang berlokasi di Jl Yos Sudarso 2 B
Ponorogo, terselenggera atas kerjasama Majelis Muwasholah Bainal Ulama wal
muslimin, Universitas Pembangunan Nasional (UPN), Telkom dan Telkomsel. Kerjasama
yang sangat baik dalam usaha peningkatan dakwah islamiyah lewat media internet.
Workshop yang diikuti 40 lebih santri dari Pondok Pesantren di wilayah
mataraman diharapkan menciptakan kader Ulama yang tidak hanya aktif dakwah di
dunia nyata, namun mampu aktif dakwah di dunia maya. Banyak kelebihan apabila
ulama dakwah melalui media internet, diantaranya percepatan dakwah, sebab
sekali postingan dakwah dapat diakses ribuan bahkan jutaan orang di seluruh
dunia.
Media
internet sering dikonotasikan sebagai hal yang negatif (sumber porno, seks,
dll). Namun, media internet pada zaman modern ini adalah sebuah keniscayaan.
Media internet bisa diibaratkan sebuah gelas tergantung diisi apa oleh orang
yang memegangnya. Pada workshop kali ini Kyai Imam, Ketua majelis Muwasholah
Bainal Ulama wal muslimin, mengatakan :”yang kita rubah bukan alatnya tetapi
pola pikir kita, banyak hal positif yang bisa dimanfaatkan dari media
internet”.
INTERNET DAN AHLUSSUNAH WAL JAMAAH
Akhir-akhir
ini banyak beredar postingan-postingan dari orang-orang yang sengaja merusak
generasi muda, tujuan mereka adalah materi. Selain itu banyak juga
postingan-postingan dari segelintir orang yang tidak berhaluan Ahlussunah
waljamaah, seperti Salafy Wahaby, Syi’ah atau MTA. Setelah diadakan workshop
ini diharapkan para santri pondok pesantren yang tentunya berhaluan Ahlussunah
Wal Jamaah mampu berperan aktif dalam rangka mengkonter pengaruh-pengaruh
segelintir orang yang melenceng dari Ahlussunah Wal Jamaah.
Pada
workshop yang dilaksanakan pada tanggal 11,12 dan 13 Oktober 2012, para santri
diajari tentang Sosial Media, Live Tv Streaming dan Radio streaming. Semoga
workshop ini benar-benar bermanfaat bagi Para santri pada umumnya dan khususnya
bagi para santri di wilayah mataraman.
KEMAJUAN DAN PERUBAHAN PARADIGMA KIAI PESANTREN TRADISIONAL
Slogan
yang populer di kalangan pesantren adalah “Al
Muhafadzotu ‘ala al-Qodimi al-Sholih wal akhdu bi al-jadidi al-ashlah”
menjaga pola lama yang baik dan mengambil pola baru yang lebih baik. Di
akhir-akhir ini sudah mulai banyak kiai dari pondok pesantren tradisional yang
well come dengan kemajuan. Yakni menggunakan alat-canggih sebagai media dakwah,
mulai dari radio, televisi, media cetak bahkan internet.
Alhamdulillah
di dunia maya, sosial media baik itu dari jejaring sosial facebook, blog maupun
website yang lainnya sudah mulai banyak diisi para kiai Pondok Pesantren. Hal
ini dilakukan sebagai upaya mengkonter pengaruh-pengaruh buruk dari media yang
dilakukan oleh salafy wahaby, syi’ah, MTA bahkan dari non muslim.
Ustadz
M.Sholehan Alumni dan Ustadz Pondok Pesantren HUDATUL MUNA Yang bermukim di
desa Carat Sukorejo Ponorogo ngaji melalui Hand Phone untuk Santri yang ada di Sumatra. Ustadz M.Syahrul Munir
(salah satu Ustadz di Pondok Pesantren Hudatul Muna) juga ngaji via Hand Phone
untuk santri di Nganjuk. Selain itu Kiai dan Ustadz dari Pondok Pesantren di
Ponorogo banyak yang menjadi Pengisi acara di Aswaja FM Ponorogo, baik itu
ngaji kitab kuning dan pengajian umum. KM Mushlih Al Baroni (Pengasuh Pondok
Pesantren Hudatul Muna Dua) pernah ngaji melalui internet untuk TKW di
Hongkong.
Menjadikan
internet sebagai alat bukan sebagai tujuan itulah prinsip yang harus dipegang. Lil wasail hukmu al-maqoshid (hukum
perantara itu tergantung tujuannya). Hukum internet tergantung tujuan dari
pemakainya. Gus Navis ( Dosen UPN) mengatakan internet ibarat pisau tergantung
yang memiliki pisau apa yang dilakukannya dengan pisau itu.
Paradigma
yang ada pada pesantren tradisional adanya larangan hp, bahkan lap top bagi
santrinya. Sebuah kebijakan yang dirasa perlu sebab alat-alat canggih memang
sering menggelincirkan orang untuk hal yang tidak baik. Misal : kalau santri
diperbolehkan memakai hp di pondok, ternyata banyak kegiatan pondok yang
kedodoran, karena santri tersebut keasyikan sms atau telpon. Belum lagi apabila
internet diperbolehkan santri akan menjadi penghuni dunia maya, sedangkan ia
melupakan kewajibannya di dunia nyata yakni belajar.
Dalam
belajar mengajar santri harus fokus terhadap pelajarannya. Maka, dalam kitab mathlab
karya ibnu al muwafiq halaman 9 santri dianjurkan untuk meninggalkan
kesibukan-kesibukan yang mengganggu fokusnya siswa dalam belajar. Seperti dalam
nadzaman yang artinya :
Jauhilah (wahai
pelajar) kebun dan toko #
Serta
tinggalkanlah perkara terkait yang menyibukkanmu
Syaikh Ibnu al Muwafiq mencontohkan kebun dan toko sebagai
hal yang menyibukkan santri, sehingga santri tidak fokus terhadap pelajarannya.
Bagaimana
dengan internet? Kalau kita melihat sebagai hal yang menyibukkan, maka tidak
salah sebab kalau santri sudah browsing,
maka santri akan lupa dan asyik dengannya. Apa yang harus kita lakukan? Pola
pikir santri yang harus dirubah bahwa banyak hal positif yang didapat dari
internet atau banyak hal yang kebaikan yang kita salurkan melalui internet.
Wallahu a'lam.
Wallahu a'lam.
0 komentar:
Posting Komentar